Investasi itu bernama otak

Senin, 26 November 2007

Oleh : Tony Kleden

MESKI belum berkembang seperti yang diharapkan, belakangan ini pendidikan anak usia dini (PAUD) di Tanah Air mulai mendapat perhatian. Taman bermain anak-anak tumbuh dan terlihat di mana-mana, bahkan sudah menyebar hingga ke kampung-kampung dan desa-desa. Taman kanak-kanak (TK) juga mulai bersaing dengan sekolah dasar dalam jumlah. Tempat penitipan anak, play group hadir di mana-mana.
Harus diakui, kondisi ini merupakan tanda membaiknya perhatian sekaligus kesadaran banyak pihak tentang pentingnya PAUD. Mengapa PAUD menjadi begitu penting? Banyak jawaban telah diberikan oleh banyak ahli. Berbagai pendekatan dan teori telah dirumuskan. Untuk konteks tulisan ini, perumpamaan di bawah ini bisa dengan mudah menjelaskan tentang penting dan strategisnya perhatian akan pendidikan bagi anak-anak pada usia dini.
Jika diumpamakan satu unit komputer memiliki 100 neuron (jaringan), maka otak manusia memiliki 100 miliar neuron. Nah, itu berarti bahwa satu otak manusia, sama dengan 1 miliar unit komputer. Studi neurologi (ilmu tentang saraf) membenarkan bahwa dalam setiap jaringan otak manusia terdapat sekitar 100 miliar neuron itu, yang lazim disebut jaringan saraf. Berbeda dengan komputer yang beroperasi setelah dihidupkan manusia, jaringan otak telah mulai bekerja beberapa minggu setelah pembuahan. Kalau para ilmuwan dapat menguping bunyi otak pada janin manusia berusia 10 atau 12 minggu sesudah pembuahan, mereka akan mendengar hiruk-pikuk yang mencengangkan.
Di dalam rahim, ketika berumur seperti itu, sel-sel saraf pada otak yang sedang berkembang sibuk dengan kegiatan yang terencana. Sel saraf panjang itulah yang dikenal dengan neuron tadi. Neuron itu ibarat kawat yang menghantar pesan-pesan listrik lewat sistem saraf dan otak. Neuron ini tidak mengirim sinyal dan menyebarkannya secara sembarangan. Kalau sembarangan, maka bunyi detak otak akan mirip seperti radio yang disetel setengah-setengah antara dua stasiun. Sebaliknya bunyi detak otak itu sangat jelas karena berasal dari gelombang kegiatan neuron yang terkoordinasi. Gelombang kegiatan otak itu membentuk sirkuit otak menjadi pola yang lama-kelamaan akan menyebabkan bayi yang lahir nanti mampu menangkap suara ayah, sentuhan ibu, atau gerakan mainan.
Ketika dilahirkan, bayi akan hadir dengan 100 miliar neuron di otaknya. Otak bayi itu sudah berisi hampir semua sel saraf yang akan dimilikinya. Namun pola penyambungan antara sel-sel itu masih harus dimantapkan. Sebelum lahir, kegiatan neuronlah yang berperan untuk memperhalus jaringan. Tetapi setelah lahir kegiatan neuron itu tidak spontan lagi. Tugas memperhalus jaringan itu digerakkan oleh banjir pengalaman indra.
Selama tahun-tahun pertama kehidupan, otak manusia mengalami rangkaian perubahan yang luar biasa. Tidak lama sesudah lahir, otak bayi menghasilkan bertriliun-triliun sambungan antarneuron. Bila tidak mendapat lingkungan yang merangsangnya, otak seorang anak akan menderita. Menurut penelitian, anak-anak yang jarang diajak bermain atau jarang disentuh, perkembangan otaknya 20 atau 30 persen lebih kecil daripada ukuran normalnya pada usia itu.
Ketika lahir, otak bayi seberat 350 gram. Berturut-turut pertambahan berat otaknya adalah sebagai berikut, tiga bulan: 500 gram; 6 bulan: 650 gram; 9 bulan: 750 gram; 12 bulan: 925 gram; 18 bulan: 1000 gram (1 kg). Berat otak anak umur enam tahun sudah sama seperti otak orang dewasa, yaitu sekitar 1,3 kg.
Setelah lahir, jumlah sel saraf tidak bertambah lagi, karena sel saraf itu tidak dapat membelah diri lagi. Tetapi masing-masing sel yang mempunyai juluran-julurannya mempunyai daya untuk bercabang-cabang lagi dan membuat ranting-ranting hingga usia lanjut. Keajaiban otak ialah bahwa bila disentuh melalui rangsangan seperti belajar atau bermain, maka cabang-cabang dan ranting-ranting juluran sel saraf tumbuh berkembang, menjalin hubungan-hubungan yang semakin rimbun. Sebaliknya bila tidak digunakan, maka cabang-cabang ini akan mati dan hubungan antarsel menjadi kurang rimbun.
Selain 100 miliar neuron, ketika lahir otak bayi juga dilengkapi dengan satu triliun sel yang disebut sel glia yang berfungsi sebagai perekat dan synap (cabang-cabang) yang akan membentuk sambungan antarneuron. Synap ini akan bekerja secara cepat sampai anak berusia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi kualitas kemampuan otak sepanjang hidupnya. Kualitas kemampuan otak dalam menyerap dan mengolah informasi tergantung dari banyaknya neuron yang membentuk unit-unit. Pertumbuhan jumlah jaringan dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini anak memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir dan pembentukan stabilitas emosi.
Setelah berusia enam tahun, volume otak manusia yang seberat 1,3 kg tidak lagi bertambah. Yang terjadi kemudian pada otak manusia hanya berkembang dengan perkembangan sebagai berikut : usia 0 - 4 tahun: 50 persen; 8 tahun: 30 persen; di atas 18 tahun : 20 persen.
***
Dari penjelasan di atas menjadi sangat jelas kalau empat tahun pertama dalam hidup setiap manusia adalah usia yang paling menentukan kemampuan intelek dan kepribadian seorang anak. Karena itulah, empat tahun pertama itu disebut sebagai the golden age (usia emas) setiap anak manusia. Dirumuskan dalam bahasa bisnis, maka masa-masa ini merupakan momentum untuk menanam investasi dalam diri anak meraih masa depannya dan menjawab harapan bangsa. Salah mengisi the golden age itu akan sangat merepotkan anak di kemudian di hari.
Gerangan apakah yang dapat dan harus dilakukan mengisi masa-masa golden age itu? Salah satu yang selalu dianjurkan adalah pendidikan yang menggunakan metode belajar sambil bermain. Umur empat tahun pertama adalah umur ketika anak berhadapan dengan dunia bermain. Kerap kali, orangtua keliru mengartikan umur ini dengan misalnya menjejali anaknya dengan begitu banyak pengetahuan sistematis seperti membaca, matematika dan seterusnya.
Prof. Dr. Conny R Semiawan menyindir model pendidikan taman kanak-kanak di Indonesia karena lebih banyak memaksa anak untuk belajar. "Ketika anak mau sekolah dasar, ditanya sudah bisa membaca atau belum. Ada sekolah dasar yang menolak anak-anak yang belum bisa membaca. Ini konyol," sindir Conny Semiawan sekali waktu.
Dia juga mengritik model pendidikan kita di tanah air yang terlalu menjejali anak dengan begitu banyak hal. "Anak-anak kita terlalu dipaksa untuk menghafal ini dan itu. Menghafal adalah penyakit bangsa Indonesia. Anak disuruh belajar, belajar untuk mengejar ranking. Tetapi dia kehilangan masa bermain. Padahal bermain itu merupakan kebutuhan yang paling penting buat anak," katanya.
Menurutnya, pendidikan bagi anak pada usia-usia ini adalah belajar sambil bermain. Bagi anak bermain adalah kegiatan yang serius, namun mengasyikkan. Melalui bermain, semua aspek perkembangan anak dapat ditingkatkan. Dengan bermain secara bebas, anak dapat berekspresi dan bereksplorasi untuk memperkuat hal-hal yang sudah diketahui dan menemukan hal-hal baru. Melalui permainan anak juga dapat mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik maupun mental, intelektual dan spiritual. Bermain adalah medium, dimana anak menyatakan jati dirinya, bukan saja dalam fantasinya, tetapi juga benar nyata secara aktif. Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelajah dunianya, dari yang tidak ia kenali sampai pada yang ia ketahui, dan dari yang tidak dapat diperbuatnya hingga mampu melakukannya. Secara tegas dapat kita katakan, belajar sambil bermain bagi anak usia dini merupakan prasyarat penting bila orangtua menginginkan anaknya sehat mental.
Pentingnya perhatian akan pendidikan anak dini usia juga telah digariskan dalam Konvensi Hak Anak (KHA) yang berlaku secara internasional. Di Indonesia, program pengembangan anak dini usia masih sangat rendah. Salah satu indikatornya adalah masih rendahnya tingkat partisipasi pendidikan prasekolah. Rendahnya angka partisipasi ini juga dipengaruhi oleh terbatas dan tidak meratanya penyebaran sarana pendidikan prasekolah.
Minimnya sarana dan minornya pandangan sebagian warga masyarakat yang demikian mengabaikan pendidikan anak dini usia merupakan hambatan serius yang perlu segera dipecahkan. Jika empat tahun pertama merupakan masa emas yang sangat menentukan seorang anak, maka masa itu harus diisi dengan sungguh melalui sarana pengembangan. The Consultative Group on Early Childhood Care and Development mendefinisikan pengembangan anak dini usia sebagai suatu kegiatan yang ditujukan bagi orangtua dan anggota lainnya untuk membina tumbuh kembang anak usia 0-8 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan non fisik dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan mental, intelektual, emosional, moral dan sosial yang tepat dan benar agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah penyediaan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi dan belajar secara aktif, pengasuhan dan bimbingan anak untuk memahami potensi diri yang dimilikinya dan berperan aktif dalam keluarga dan masyarakat.
Pendekatan perkembangan otak menjadi perhatian penting dalam pengasuhan dan pengembangan anak dini usia karena kita tahu bahwa otak memegang kendali dalam kehidupan seorang manusia. Melalui otak seseorang mengenal dunianya, menyerap semua informasi dan pengalaman-pengalaman, baik yang sifatnya menyenangkan maupun menyakitkan. Saat paling menentukan bagi perkembangan otak itu terjadi pada usia 0 - 3 tahun. Pengalaman di usia dini berkontribusi besar terhadap struktur dan kapasitas otak seseorang. Pengalaman menyenangkan dan adanya kelekatan antara orangtua/pengasuhnya dengan anak memberikan kondisi yang bebas stres pada anak. Kondisi yang bebas stres ini sangat membantu pembentukan struktur otak. Dengan struktur otak yang baik, maka kapasitas otak pun akan lebih bertambah. Kelekatan yang aman itu dapat terbentuk bila orangtua/pengasuh mempunyai kemampuan untuk memberi respon positif terhadap tanda-tanda yang dimunculkan oleh anak.
Jika demikian pentingnya perkembangan seorang anak pada usia dininya, maka cuma satu harapan yang dititipkan, yakni semakin sering meluangkan waktu untuk bersama-sama dengan anak-anak. Dorothy Low Nolte dalam Children Learn What They Live With memberikan kata-kata mutiara ini:

Jika anak banyak dicela, dia akan terbiasa menyalahkan.
Jika anak banyak dimusuhi, dia akan terbiasa menentang.
Jika anak dihantui ketakutan, dia akan terbiasa merasa cemas.
Jika anak banyak dikasihani, dia akan terbiasa meratapi nasibnya.
Jika anak dikelilingi olok-olok, dia akan terbiasa menjadi pemalu.
Jika anak banyak diberi dorongan, dia akan terbiasa percaya diri.
Jika anak banyak dipuji, dia akan terbiasa menghargai.
Jika anak diterima oleh lingkungannya, dia akan terbiasa menyayangi.
Jika anak diperlakukan dengan jujur, dia akan terbiasa melihat kebenaran.
Nah, bagaimana anak Anda?

Pos Kupang, Jumat 26 Mei 2006

0 komentar:

Posting Komentar