Mencari spiritualitas agama yang relevan

Senin, 21 Januari 2008

Oleh: Tony Kleden

DALAM bulan Juli lalu, umat beragama di NTT, yang mayoritas memeluk agama Kristen, mengalami dua peristiwa penting. Pertama pad awal bulan, umat Kristen Protestan memusatkan perhatian ke Tarus. Selama beberapa hari berlangsung Konsultasi Nasional (Konas) V Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen di Indonesia. Dengan tajuk "Peran Agama mewujudkan Keadilan dan Perdamaian", yang coba ditemukan dalam pertemuan berskala nasional ini adalah cara yang tepat sasarguna menjalankan misi profetis gereja seagai pembawa damai dan keadilan.
Kemudian di penghujung Juli, persis 27 Juli, seluruh umat Katolik mengarahkan mata pada peristiwa penthabisan Uskup Coajutor Keuskupan Agung Kupang, Mgr. Petrus Turang, Pr. Kedua peristita tersebut, kalau diletakkan dalam kerangka kerja gereja, merupakan sesuatu yang tidak terlalu luar biasa.
Tetapi ketiak kita menempatkan peristiwa itu dalam suatu skope yang lebih luas dan kemudian melihatnya secara lebih tajam dan jauh, maka akan terlihat bahwa semakin hari keberadaan agama kembali ditegaskan, peran dan fungsinya, lalu semakin diperjelas. Tegangan-tegangan yang sedang melanda dunia seperti globalisasi, industrialisasi, sekularisme dan seterusnya, karena itu juga menjadi semacam blessing in disguise (berkat terselubung) buat manusia untuk kembali menyadari dirinya sebagai manusia beragama yang sedang dalam perjalanan mencari pangsal dan pengadaannya.
Tetapi ketika berpaling ke belahan dunia lain, niscaya kitakan ragu kembali. Betulkan agama dapat diandalkan? Keraguan itu tambah kuat dengan berbagai aksi atas nama agama atau sekte suatu agama belalui berbagi aksi nekat. Catat misalnya serangan gas di Kereta Api bahwa tanah Tokyo dua tahun lalu. Atau ingat, saja ulah David Koresh, Juga aksi bunuh diri massal di Guyana yang dipimpin Jim Jones.
Fenomena apakah ini? Tak ada maksud dalam tulisan ini menguraikan secara sosiologis, apalagi teologis, tentang agama. Terhadap semua peristiwa semacam ini, sangat boleh jadi sensus religiosus (rasa keberagamaan) kita tersentuh, ruang batin penghayatan dia tas akan kembali mengganggu. Dapatkan agama dapat diandalkan? Kalau pun dapat agama macam manakah itu? Mesti diakui bahwa pertanyaan ini tidak mungkin dijawah secara tuntas. Karena itu barang yang kita perlukan adalah merumuskan atau lebih tepat mencari suatu spiritalitas agama yang kurang lebih relevan dengan sejarah (manusia) hic et nunc (di sini dan saat ini). Karena agama dan sejarah (manusia) bukan dua 'wilayah' dengan hukum sendiri-sendiri tanpa saling bersangkut paut. Agama dan sejarah manusia adalah dua dimensi dari satu kehidupan yang integral.
Agama: Hakekat historis
Keraguan kita tentnag roh agama dan setiap aksi 'gila" atas nama agama, secara positig dapat dikatakan sebagai ekspresi sensus religioses kita sendiri. Bahwa bagaimana pun juga agala tetap menjadi bagian tak terpisahkan dari sejarah hidup manusia. Karena itu bisa dimengerti kalau Will Durant dalam The Lesson of History tegas-tegas mengatakan "Agama mempunyai seratus jiwa. Segala sesuatu jika telah dibunuh pada kali pertama akan mati untuk selamanya, kecuali agama. Sekalipun dia seratus kali dibunuh, dia akan hidup dan bangkit lagi".
Penegasan ini sebetulnya tidak terllau berlebihan. Karena selain sikap yang makin positip terhadap agama (kendati tetap dengan keraguan akan roh yang didapat darinya) kebangkitan agama di seluruh dunia sekaligus juga menegaskan keberadaan agama. John Naisbitt benar ketiak dia menujumkan, dewasa ini manusia kembali yakin bahwa di tengah gemuruhnya arus perkembangan teknologi agama tetap menjadi pegangan, kompas pedoman arah buat manusia di setiap jejak langkahnya.
Dalam hidup berbangsa dan bernegara misalnya, agama merupakan suatu institusi yang sangat vital. Agama hadir dan memainkan perannya sebagai stabulisator dan dinamisator yang mengatur segala realitas manusi ayang sering retak. Karena itu juga kiranya benar kalau dikatakan bahwa agama termasuk lembaga yang tertua dalam masyarakat yang prihatin terhadap masalah-masalah permusuhan dan perdamaian.
Hal itu bisa dilihat misalnya bahwa upacara-upacara ibadha dan tempat-temapt ibadah berfungsi sebagai sentrum dan integrator, sebagai wadah Treuga Dei (Perdamaian Allah) bagi pihak-pihak yang bertentangan. Atau untuk meminjam Karl Manheim, maka agama berfungsi sebagai Sinndeutung und sinver-deutlichung des Zusammenlebens (pemberi makna dan penjelasan atas hidup masyarakat). Atau sebagia Grezstuation (situasi batas) menurut Karl Jaspers.
Buat setiap penganutnya agama tetap dirasakan begitu penting, kendati di zaman di mana teknologi telah tumbuh menjadi suatu kratos (kekuatan) tersendiri. Bisa dipahami kalau Peter L Berger memaklumatkan bahwa agama merupakan suatu sacred canopy (pangit suci) yang melindungi manusia dari situasi khaos, yaitu situasi tanpa arti, situasi anomi.
Mengapa gerangan agama tetap diyakini sebagai yang dapat menjadi pegangan? Mengapa dia tetap eksis kendati seratus kali dibunuh?
Pertanyaan-pertanyaan ini sangat mengandaikan pemahaman secara tepat tentang hakikat agama. Akan tetapi memberikan suatu basan tentang agama secara pas ternyata tidak gampang. Namun karena kita tidak mungkin mengejawantahkan sensus religiosus kita tanpa punya konsepsi sebagai kerangka acuan, maka minimal dibutuhkan suatu deskripsi tentang agama. Deskripsi tentang agama ini berdasarkan premis bahwa sepanjang sejarahnya manusia beragama telah menunjukkan suatu 'rasa suci'. Dan agama termasuk dalam kategori 'yang suci' itu.
Setiap manusia punya pengalaman tentang yang suci tersebut. Pengalaman itulah yang oleh Rudolf Otto disebut sebagai perjumpaan dengan Yang Kudus. Menurutnya ide tentang Yang Kudus ('qados', 'hagios', 'sanctus') adalah 'the real innermost core' (saripati sesungguhnya) dari semua agama. Di sini manusia berjumpa dengan suatu 'misteri' yang tersembunyi dan esoteris, sesuatu yang sama sekali lain (Wholly Other), yang melampaui yang tercerna, yang dialami sebagai 'mysterium tremendum et fascinosum' (misteri yang menggetarkan dan mempesona), yang melahirkan dalam diri manusia 'urgensi' dan 'enersi' yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata. Atau kalau memakai rumusah William James, maka agama sesungguhnya bersangkut paut dengan 'perasaan, tindakan dan pengalaman'. Singkat kata, agama bukan sesuatu yang berada di luar diri manusia. Agama termasuk kemanusiaan manusia. Ia tidak hanya menyangkut hal-hal teoretis, melainkan hidup sebagaimana kita hayati. Dalam bahasa Hans Kueng, agama selalu menyangkut basic-trust seseorang akan hidup, menyangkut 'ya' atau 'tidak' pada hidup.
Karena agama selalu berkaitan dengan diri manusia, maka hakekatnya adalah hakekat historis. Bukan sebaliknya hakekat metafisik yang selesai dan terumus mati dalam keabadian dokrin dan ajarannya. Benar bahwa agma punya refensi pada kekuatan adokodrati. Ia menunjuk kepada sesuatu yang tidak terbatas dan ultim. Namun yang memberikan titik referensi itu adalah juga manusia yang menyerah, denga daging dan darah yang melekat.
Spiritual yang relevan
Suatu kajian yang mendalam mengenai agama memperlihatkan bahwa agama memiliki multi-dimensi dalam fungsinya. Dalam hakekatnya yang paling dalam fungsinya. Dalam hakekatnya yang paling dalam agama bisa dilihat sebagai bentuk pengungkapan rasa kepatuahn manusia pda Yang Transenden, Yang Absolut dan Imanen dalam berbagai bentuk simbol dan tradisi sesuai dengan konteks historis tertentu. Tetapi di pihak lain agama juga tidak bisa terlepas dari perspektif sosiologis kemasyarakat. Buat setiap penganutnya agama dilihat sebagai ultimatum remedium, semacam senjata pamungkas, yang bisa meredam segala macam konflik, atau boleh memberikan warna human terhadap modernisasi yang cenderung reduktif
Kalaulah agama mempunyai missio fundamentalis (misi utama) untuk menyelamatkan dunia dari situasi anomi, situasi khaos, mengapa gerangan panggung dunia kita merupakan sebuah panggung yang penuh dengan ketidakberesan? Megnapa sejarah hidup kita juga merupakan sejarah peperangan? Dan mengapa titian hidup manusia merupakan sebuah titian yang sarat dengan tantangan?
Benar dan lagi tidak disangkal bahwa dalam setiap agama terdapat dimensi perenis yang menyatukan semua agama. Dan setiap agama dan tradisi esoterik kita temukan warta dan pengetahuan yang sama, yang terbungkus dalam berbagai bentuk tradisi dan simbol. Hanya saja kita perlu suatu spiritualitas baru, sehingga missio fundamentalisnya tetap relevan dengan siatuasi sosio historis saat ini.
Mengapa? Karena manusia beragama tidak pernah menghayati hidupnya dalam suatu kevakuman. Ziarah hidupnya berlangsung dalam kisaran waktu dengan sekian banyak implikasi praktisnya: kemajuan, kemunduran, pergolakan dan seterusnya. Demikian juga halnya dengan agama. Seturut hakekatnya yang historis, maka agama tak pernah dihayati dalam suatu kevakuman. Ia terlibat dalam setiap perubahan yang terjadi.
Kalaulah agama menyatu dengan kemanusiaan manusia dan lagi terlibat dalam setiap pergaulan hidup manusia, maka sememangnya agama mempunyai konsern terhadap situasi dunia nyata hari ini. Agama tidak bisa cuma sekadar memuaskan Zeus di puncak Olimpus, tetapi sebaliknya juga harus mampu memberikan jawaban buat manusia yang bertanya di bumi.
Ia tidak bisa hanya menurung diri dalam ghettonya dan lalu merumuskan seperangkat doktrin dan ajarannya yang terkadang rigoristis, dan perlu dipatuhi. Tetapi sebaliknya ia mesti turut dalam setiap tarikan nafas manusia, ikut merasakan semua getaran nasib manusia dan terlibat dalam setiap riak gelombang ziarah hidup manusia zamannya. Agama boleh punya tuntutan normatif, tetapi tidak mesti mengabaikan panggilan praktisnya.
Agama yang dibutuhkan bukanlah agama yang gampang menteror para pendosa, para pelacur, penguasa dan aparat yang korup. Bukan juga agama yang menjebak orang dalam rasa bersalah yang parmanen, tetapi membebaskan. Misi sebuah agama adalah sanggup menggambarkan Tuhan sebagai cinta, bukan sebagia hakim yang bengis.
Agama yang dibutuhkan bukan agama yang cuma memuaskan kuriositas para teolog, untuk studi kaum psiko-analis. Tidak untuk skripsi para sarjana, tetapi primer untuk kehidupan nyata. Agama yang dibutuhkan adalah agama yang mampu memberikan kesegaran bagi para petani miskin, buruh kasar di pelabuhan, mereka yang tertindas.
Dalam dunia modern, yang sadar dengan aneka persoalan, agama yang dinantikan bukanlah agama ritual semata-mata. Tetapi terutama agama eksistesial yang berada dalam dan bersama manusia, dunia yang sanggup mengetuk nurani manusia, yang mampu menanggapi duka dan kecemasan, kegembiraan dan harapan manusia zaman ini.
Intinya bukan saja kepercayaan kepada Allah yang diaktulisir dan dijaga ketat dalam suatu institusi yang rapi. Tetapi juga harus memperjuangkan suatu tata hidup yang baru. Menghadapi begitu banyak tegangan yang gejolak dewasa ini (dan masa mendatang), maka memakai bahasa Dr. Leo Kleden, agama harus mampu menjadi gerakan rohani di tengah dunia kongkret.
Bila agama memiliki spiritualitas seperti ini, maka bersama Ireneus setiap manusia beragama boleh menyanyikan kidung ini, "Gloria dei, vivens homo" (Kemulian Allah adalah purnanya hidup manusia). Apakah ini suatu harapan utopis?
Moga-moga tidak *

Pos Kupang 1 Agustus 1997

1 komentar:

  1. Unknown mengatakan...

    KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
    dan terima kasih banyak kepada AKI atas nomor togel.nya yang AKI
    berikan 4 angka [5970] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus AKI.
    dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
    ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu AKI. insya
    allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
    kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan AKI..
    sekali lagi makasih banyak ya AKI… bagi saudara yang suka main togel
    yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi KI JAYA WARSITO,,di no (((085-342-064-735)))
    insya allah anda bisa seperti saya…menang togel 350 JUTA , wassalam.


    dijamin 100% jebol saya sudah buktikan...sendiri....







    Apakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!


    1"Dikejar-kejar hutang

    2"Selaluh kalah dalam bermain togel

    3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel


    4"Anda udah kemana-mana tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat


    5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
    tapi tidak ada satupun yang berhasil..







    Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
    anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
    butuh angka togel 2D ,3D, 4D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
    100% jebol
    Apabila ada waktu
    silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]


    ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D


    ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/



    ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND



    ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D



    DAN PESUGIHAN TUYUL

    8 Juli 2015 pukul 08.57  

Posting Komentar